Estetika feminis

Estetika fenimis merupakan estetika yang berkembang pada  postmodernisme karena pengarang laki-laki selalu menggambarkan perempuan dalam konteks budaya patriarki dan selalu menyudutkan perempuan. Ekspresi estetika feminis cenderung mencerminkan kesetaraan dan mendobrak perbedaan sosial antara laki-laki dan perempuan, bahkan masyarakat tidak peduli dengan perasaan perempuan atau laki-laki walaupun dilakukan oleh perempuan.[1]

Estetika feminis berarti mengidentifikasi berbagai perspektif yang ada dengan mengajukan pertanyaan spesifik tentang teori dan asumsi filosofis terkait kategori seni dan estetika. Kaum feminis  umumnya menyimpulkan bahwa meskipun filsafat merupakan bahasa teoretis yang tampaknya  netral dan inklusif, karakteristik gender dimasukkan ke dalam kerangka konseptual dasar hampir di semua bidang ilmu. Para ilmuwan yang bekerja di bidang estetika mempelajari bagaimana gender mempengaruhi pembentukan gagasan tentang seni, seniman, dan nilai-nilai estetika. Perspektif feminis terhadap estetika konsisten dengan pengaruh budaya  yang melebihi subjektivitas. Artinya, cara seni merefleksikan dan menopang konstruksi sosial gender, seksualitas, dan identitas, serta sejauh mana karakteristik tersebut disalurkan melalui faktor-faktor seperti ras, sejarah kebangsaan, status sosial, dan situasi. Kepentingan ini telah berkembang dari analisis awal terhadap norma-norma yang mengatur penampilan perempuan hingga mencakup pertimbangan mengenai tubuh penyandang disabilitas dan identitas transgender.

Wawasan yang muncul dari penelitian feminis ini mempunyai implikasi praktis: Analisis terhadap kerangka historis dan konseptual yang menentukan estetika dan filosofi seni mempunyai implikasi bagi laki-laki sebagai seniman yang berpengaruh dibandingkan perempuan. Teori-teori filosofis yang diadopsi oleh kaum feminis mempunyai pengaruh besar pada bidang-bidang penting interpretasi seni dan budaya populer, bahkan pada perkembangan kontemporer dalam praktik seni. Estetika feminis mengejar pertanyaan dan kritik yang mencakup nilai-nilai dasar filsafat, mengkaji konsep-konsep yang seringkali tidak berhubungan langsung dengan laki-laki dan perempuan, namun hierarkinya dipenuhi makna gender.[2]

  1. ^ Author Sugiarti (2009). "Telaah Estetika dalam Novel Nayla Karya Djenar Maesa Ayu". Atavisme. Volume 12 (Nomor 1): : 65 – 76. Diakses tanggal 2023-11-25. 
  2. ^ Korsmeyer, Carolyn; Weiser, Peg Brand (2021). Zalta, Edward N., ed. Feminist Aesthetics (edisi ke-Winter 2021). Metaphysics Research Lab, Stanford University. Diakses tanggal 2023-11-25. 

© MMXXIII Rich X Search. We shall prevail. All rights reserved. Rich X Search